Bahaya Kurang Tidur bagi Kerja Otak

 



Spesialis saraf RS Sari Asih Cipondoh, Kota Tangerang, Mimin Supriatin, mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan orang mengalami demensia atau pikun, termasuk faktor usia hingga stres dan kurang tidur. Ia mengatakan faktor demensia yang tak dapat dihindari salah satu adanya genetik atau keluarga yang juga mengalaminya, jenis kelamin, usia, dan ras.

"Faktor risiko lain yang bisa kita hindari, misalnya merokok, alkohol, tidur yang kurang, stres berlebihan juga menambah penyakit lain seperti, hipertensi, diabetes, kolesterol, dan penyakit jantung," kata Mimin.

Menurutnya, pikun masih dianggap hal biasa yang terjadi pada lansia. Kondisi ini merupakan sindrom gangguan yang membuat fungsi otak menurun. Demensia pada lansia dapat mengganggu aktivitas sehari-hari karena sindrom ini menyerang fungsi kognitif atau daya pikir yang menyebabkan terganggunya daya ingat, perilaku, perasaan, atau emosi.

Sindrom demensia seringkali tidak terdeteksi karena sering dianggap biasa. Namun, jika terlalu sering lupa dan membahas tema yang sama dalam waktu berdekatan, bisa jadi hal tersebut perlu penanganan lebih lanjut.

"Semakin seseorang bertambah usia akan terjadi perubahan, baik pada tubuh maupun pikiran, terutama ingatan. Selama ini kita merasa maklum dengan orang pikun dan itu sebenarnya tidak boleh kita biasakan, sebaiknya harus diwaspadai,” jelasnya.

Ia menuturkan ada yang tingkatan masih normal, ada yang sudah tidak normal dan itu harus dibedakan. Mungkin beberapa kali lupa menaruh sesuatu masih bisa dianggap normal atau batas wajar.

“Yang tidak wajar jika bertemu seseorang setiap hari tapi selalu lupa namanya atau mengulang-ulang pertanyaan yang sama, padahal sebelumnya pernah ditanyakan,” ujarnya.

Gejala yang perlu diwaspadai
Gejala demensia yang perlu diwaspadai adalah labil emosi, linglung, lupa, lamban dalam berpikir dan logika menurun. Biasanya kerap disingkat Lalilulelo. Kondisi ini jika dibiarkan akan mengalami perburukan. Selain faktor memori yang terkena, faktor lain seperti emosi serta perilaku juga terserang dan biasanya gangguan ingatan terjadi pada usia lanjut di atas 60 tahun.

Ia menyarankan untuk segera memeriksakan kondisi jika terdeteksi faktor-faktor tersebut sedini mungkin ke spesialis saraf. Spesialis akan melakukan beberapa pemeriksaan penyebab gangguan memori tersebut.

“Konsultasi, pemeriksaan tes memori, terapi, baik farmakologi dan nonfarmakologi yang tepat bagi yang terdeteksi gejala demensia agar kondisi gangguan ingatan tidak bertambah buruk,” ujarnya.

Aktif dalam kegiatan yang bersifat sosial mampu menekan dampak demensia, seperti olahraga, aktivitas keagamaan, silaturahmi keluarga atau tetangga, hingga menekuni hobi yang disukai.

“Biasanya orang yang mengalami demensia sering menarik diri dari lingkungan dan tidak melakukan hobi yang biasa ditekuni. Aktivitas-aktivitas yang rutin dijalankan dapat memperlambat laju perburukan demensia,” ujarnya.

Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia saat ini sudah mengeluarkan program aplikasi yang dapat diunduh, yaitu EMS, E-memory screening berisi kuesioner delapan pertanyaan sederhana untuk deteksi dini demensia yang dapat diakses siapa pun, kapan pun, di mana pun.

Terkait demensia, Kemenkes sudah mengeluarkan slogan pencegahan penyakit tidak menular dan demensia menjadi bagian dari penyakit tidak menular. Slogan tersebut adalah CERDIK, C berarti cek kesehatan secara berkala, E enyahkan asap rokok, R rajin aktivitas fisik, D diet seimbang, I istirahat cukup, dan K kelola stres.

“Slogan ini mari kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari karena pengetahuan tanpa tindakan tidak akan menghasilkan perubahan ke arah yang lebih baik,” tegasnya.

Berita
Posting Komentar
komentar teratas
Terbaru dulu
Daftar Isi
Tautan berhasil disalin.